Showing posts with label Potensi Bumi. Show all posts
Showing posts with label Potensi Bumi. Show all posts

Monday, 2 May 2016

Potensi pertanian Wonosobo adalah kentang, teh, padi dan berbagai macam buah-buahan dan polowijo

 
Potensi pertanian Wonosobo adalah kentang, teh, padi dan berbagai macam buah-buahan, sayuran dan polowijo

Potensi pertanian Wonosobo adalah kentang, teh, padi dan berbagai macam buah-buahan dan polowijo
Dengan sentuhan teknologi pertanian yang moderen kentang Wonosobo bisa menjadi salah satu produk unggulan Indonesia. PR besar buat republik ini

Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu  kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang beribu kotakan kota Wonosobo. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang disisi timur, Kabupaten Purworejo disebelah selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara disebelah barat, dan Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal disisi utara. 

Secara geografis Kabupaten Wonosobo merupakan wilayah pegunungan dengan ketinggian areal antara 250 meter hingga 2.250 meter di atas permukaan air laut. Suhu udara rata-rata pada siang hari 24-30ºC dan pada malam harinya turun menjadi 20ºC, ketika masuk bulan Juli sampai Agustus turun menjadi 12-15ºC pada malam hari dan 15-20ºC di siang hari. Wonosobo memiliki kondisi tanah  yang sangat subur dan memiliki curah hujan rata-rata 3.400mm dalam 196 hari pertahun-nya, sehingga  sangat baik untuk pengembangan pertanian.

Ada tiga jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonosobo yaitu Tanah Andosol (25%), Tanah Regosol (40%), dan Tanah Podsonik (35%), selain itu kemiringan tanah antara 15-40% meliputi 54.641 ha atau 56,37% tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Dengan letak dan kondisi geografis tersebut, Kabupaten Wonosobo memiliki potensi sumberdaya alam terutama di sektor pertanian.

Sektor pertanian menjadi sektor utama dalam potensi perekonomian Wonosobo, dalam 4 tahun terakhir ini sektor tersebut telah menyumbang rata-rata pertahun 48,96% dari PDRB. Hal tersebut disebabkan, karena sebagian masyarakat Wonosobo bergerak dalam bidang pertanian. Di urutan kedua diduduki oleh sektor industri pengolahan dengan kontribusi rata-rata 11,12%, di sektor ini membuat lapangan usaha pada tiap tahunnya semakin meningkat lantaran masyarakat Wonosobo telah mulai menggeluti bidang tersebut. Di posisi terakhir, lapangan usaha penyumbang terkecil adalah dari sektor pertambangan dan penggalian, rata-rata dalam 4 tahun terakhir sebesar 0,72% saja, kondisi ini disebabkan karena sektor tersebut belum tergarap secara maksimal.

Dalam  sektor pertanian, Wonosobo mempunyai komoditas utama antara lain Padi, Teh, Tembakau, Kopi serta berbagai jenis sayuran dan tanaman hortikultura. Wilayah yang memiliki suhu udara antara 14,3-26,5ºC diketahui sangat baik untuk pengembangan budidaya jamur, carica, pepaya, asparagus dan beberapa jenis kayu sebagai komoditi ekspor non migas. Selain itu juga ada beberapa jenis tanaman khas Wonosobo seperti Purwaceng, Gondorukem dan kayu putih.

Disamping itu, produksi pertanian mengalami peningkatan khususnya pada komoditas buah-buahan, palawija dan padi, namun pada komoditi sayur-sayuran mengalami penurunan disebabkan nilai jualnya yang tidak menentu yang membuat para petani merasa rugi.

Produk pertanian unggulan di kabupaten Wonosobo yang selama ini dihasilkan para petani, antara lain kentang di Kecamatan Kejajar dan Garung dengan produksi sekitar 500 ribu kuintal per tahun, kubis/kol dan sayuran lain seperti sawi, daun bawang/uncang, bawang putih serta buah-buahan seperti salak, nanas, duku, dan carica.

Selain itu Wonosobo juga cocok untuk budidaya berbagai jenis bunga potong. Diantara hasil unggulan yang berhasil merambah pasar internasional adalah pabrik teh milik BUMD PT. Perkebunan Tambi yang mampu memproduksi sekitar 2.000 ton teh per tahun dengan pemasaran 70 persen ekspor ke beberapa negara di Eropa, Australia, Amerika, Asia, dan Timur Tengah.

Hasil perkebunan lain yang potensial adalah vanili yang mulai tahun 2000 telah dibudidayakan kembali setelah sempat tenggelam saat petani beralih ke tanaman cengkih. Vanili banyak dibudidayakan di Kecamatan Kalibawang, Kaliwiro, dan Sapuran.

Sedangkan potensi hutan di kota pegunungan ini, luas hutan negara 20.254,2 hektare dan hutan rakyat seluas 18.262,81 hektare. 

Selain untuk pelestarian mata air, juga mampu menjadi hutan produksi, hutan wisata, hutan lindung, dan hutan suaka alam. Produksi hutan rakyat antara lain berupa kayu pertukangan rata-rata di atas 5.000 meter kubik, kayu bakar di atas 1.000 meter kubik, gondorukem lebih dari 4.500 ton, terpentin di atas 900 ribu liter, dan getah pinus lebih dari 1.100 ton per tahun.

Padi menjadi potensi utama kabupaten Magelang diikuti jagung, kacang tanah, ketela pohon & kehutanan

 
Padi menjadi potensi utama kabupaten Magelang diikuti jagung, kacang tanah, ketela pohon & kehutanan

Padi menjadi potensi utama kabupaten Magelang diikuti jagung, kacang tanah, ketela pohon
Dengan pemanfaatan teknologi, jagung bisa diolah menjadi gula, obat-obatan dan bahan guna lainya

Kabupaten Magelang adalah salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang disebelah utara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten disebelah timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Purworejo disebelah selatan, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung dibarat barat, serta Kota Magelang yang berada di tengah-tengahnya.

Kabupaten Magelang merupakan salah satu sentra utama penghasil pangan di Propinsi Jawa Tengah, sehingga produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi terus dipacu. Rata-rata Produktifitas padi sawah berhasil mencapai 54,64 kwintal per hektar. Hal ini masih lebih tinggi daripada rata-rata produksi tahun sebelumnya.

Selain padi kabupaten Magelang juga menjadi sentra penghasil palawija. Produktivitas tanaman palawija mengalami peningkatan dan penurunan pada tahun 2004. Terjadi penurunan jumlah produksi untuk tanaman jagung (17,39 persen). Sedangkan yang mengalami peningkatan jumlah produksi adalah ketela pohon 84,82 persen, ketela rambat 86,03 persen, kacang tanah 106,55 persen dan kedelai 285,00 persen.

Adapun pada sektor sayur-sayuran, sayur-sayuran di Kabupaten Magelang tahun 2004 secara umum mengalami penurunan dan peningkatan produksi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga untuk tanaman buah-buahan mengalami penurunan dan peningkatan secara umum dibandingkan tahun 2003.

Untuk tanaman perkebunan rakyat tahun 2004 secara umum mengalami penurunan produksi apabila dibandingkan dengan tahun 2003. Sedangkan untuk produksi hasil hutan tahun 2004 secara umum mengalami peningkatan produksi dari tahun 2003. Produksi ikan air tawar tahun 2004 secara umum terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan produksi tahun 2003.

Informasi detail tentang kondisi Pertanian dan Perkebunan yang ada di Kabupaten Magelang sekarang ini adalah :
Pertanian di kabupaten Magelang adalah sebagai berikut:
  • Padi:
* Luas areal produksi ( panen ) : 53,698 Ha
* Jumlah produksi gabah : 282,659 Ton
* Produksi beras : 192,28 Ton
* Jumlah konsumsi beras : 106.711,4
  • Jagung:
* Luas areal produksi ( panen ) : 12,203 Ha
* Jumlah produksi : 55,256 Ton
* Jumlah konsumsi : 11.283,77 Ton
  • Kacang tanah:
* Luas areal produksi ( panen ) : 1,333 Ha
* Jumlah produksi : 1,813 Ton
* Jumlah konsumsi : 684,90 Ton
  • Singkong dan umbi-umbian:
* Luas areal produksi ( panen ) : 5,426 Ha
* Jumlah produksi : 99,408 Ton
* Jumlah konsumsi : 36,136 Ton
  • Kehutanan:
-Hasil Hutan non HPH
* Kayu Bulat : 109.693,080 M3
* Kayu gergajian (olahan) : 916.856,7508 M3

-Hasil hutan ikutan:
* Rotan : –
* Gondorukem/getak pinus : 403.349 Ton
* Terpentin : –
* Damar/Kopal : 10.288 Ton
* Daun kayu putih : –
  • Industri pengolahan hasil hutan : 9 buah
  • Perkebunan:
Karet:
* Luas areal : –
* Jumlah Produksi :
* Jumlah konsumsi :

-Tea:
* Luas areal : 2 Ha
* Jumlah Produksi : 0,950 Ton
* Jumlah konsumsi : –

- Kopi:

* Luas areal : 1,001 Ha
* Jumlah Produksi : 640,64 Ton
* Jumlah konsumsi : 158,8 Ton

-Perkebunan Sawit:

* Luas areal : –
* Jumlah Produksi : –
* Jumlah konsumsi : –

-Tembakau:

* Luas areal : 1,416 Ha
* Jumlah Produksi : 709.090 Ton
* Jumlah konsumsi : –

-Kakao:

* Luas areal : 57 Ha
* Jumlah Produksi : 31.350 Ton
* Jumlah konsumsi : –

Lada:

* Luas areal : 10 Ha
* Jumlah Produksi : 3.750 Ton
* Jumlah konsumsi : 135 Ton

-Vanili:

* Luas areal : 1 Ha
* Jumlah Produksi : 0,850 Ton
* Jumlah konsumsi : –

-Tebu:

* Luas areal : 588,45 Ha
* Jumlah Produksi : 20.585,45 Ton
* Jumlah konsumsi : 5,082 Ton

-Kelapa:

* Luas areal : 4,573 Ha
* Jumlah Produksi : 84.371,8 Ton
* Jumlah konsumsi : 846 Ton

Luas lahan kritis : 11,616 Ha
Luas lahan reboisasi :
Luas lahan penghijauan : 250 Ha
Luas kebakaran hutan : –

  • Industri pengolahan hasil perkebunan : 6 buah

Sunday, 1 May 2016

Industri minyak kelapa menjadi potensi utama di kabupaten Banyumas diikuti cengkeh dan kakao

 
Industri minyak kelapa menjadi potensi wira usaha tani utama di kabupaten Banyumas diikuti Cengkeh, Jambu mete, Kakao dan hasil bumi lainya. 
Industri minyak kelapa menjadi potensi wira usaha tani utama di kabupaten Banyumas diikuti Cengkeh

Kelapa tumbuh subur di Indonesia, dengan pemanfaatan teknologi yang optimal buah ini bisa diolah menjadi produk berdaya jual tinggi

Kabupaten Banyumas adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah yang berada di kaki Gunung Slamet. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Pemalang di sebelah utara, Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, dan Kebumen di sebelah timur, Kabupaten Cilacap di sebelah selatan, serta Kabupaten Cilacap dan Brebes di sebelah barat. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Banyumas berjumlah 1.554.527 jiwa yang terdiri 778.197 laki-laki dan 776.330 perempuan.
Kabupaten Banyumas memiliki luas lahan 132.758 hektare dan sekitar 32.307 hektare atau sekitar 24,27 persen-nya di antaranya merupakan lahan pesawahan. Dari luas lahan sawah tersebut, 10.448 hektare di antaranya merupakan sawah dengan pengairan teknis.

Kita patut bersyukur kepada Allah Swt. sebab dilimpahi tanah yang sangat subur. Kesuburan tanah Banyumas yang baik, menyediakan cukup hara bagi tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Dari berbagai jenis tanaman lahan kering, Banyumas baru mengembangkan 14 jenis tanaman, diantaranya adalah Casiavera, Cengkeh, Jambu mete, Kakao, Kapuk, Karet, Kelapa, Kenanga, Kopi, Lada, Pala, Panili, Pinang dan Teh. Produk-produk tersebut tersebar hampir di seluruh kecamatan. Hal ini membuktikan bahwa kabupaten Banyumas adalah salah satu sentra pertanian di Jawa Tengah yang besar.

Selain hal diatas, kabupaten Banyumas juga salah satu penghasil gula kelapa terbesar di Indonesia. Setiap tahun 44.000 ton gula dihasilkan dari 4.677 hektar kebun kelapa dengan 34.317 uni pengolahan. Unit-unit pengolahan ini terdapat di dapur-dapur petani yang tersebar di 22 kecamatan dari 27 kecamata di seluruh Banyumas. Gula kelapa di Banyumas menopang hidup banyak orang, tercatat 32.570 orang penduduk berprofesi sebagai penderes, diluar angka itu ada 90.241 orang menggantungkan hidup dari pengolahan gula kelapa. Profil ini sedikit banyak menunjukkan bahwa pertanian lahan kering Banyumas adalah potensi pertanian yang sangat besar.

Pusat pemerintahan kabupaten Banyumas berada di Kota Purwokerto, kota tersebut berada di jalur transportasi yang sangat strategis karena selain dilalui jalur selatan Jawa Tengah yang menghubungkan Yogyakarta-Bandung, dan juga dilalui jalan penghubung antara jalur selatan dengan jalur pantai utara (dikenal dengan nama pantura Jateng) serta jalur tengah Jateng antara Secang-Banyumas. Selain itu, Purwokerto juga berada di perlintasan jalur kereta api antara Yogyakarta-Jakarta dan termasuk dalam wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 5 Purwokerto.

Posisi tersebut menjadikan Purwokerto dikenal sebagai kota jasa dan termasuk salah satu sudut Segitiga Emas Jateng di samping Semarang dan Solo (Semarang-Solo-Purwokerto). Sektor jasa yang terselenggara di Purwokerto, antara lain pendidikan dan perdagangan/perhotelan/restoran. Hal ini terlihat dengan adanya berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta seperti Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP).

Selain itu, berbagai hotel berbintang jaringan nasional pun bermunculan di Purwokerto seperti Hotel Aston, Hotel Horison, dan Hotel Santika. Bahkan, sejumlah jaringan pusat perbelanjaan yang tersebar di beberapa kota Jateng juga berpusat di Purwokerto seperti Rita dan Moro.

Meskipun sektor jasa dan perdagangan / hotel / restoran berkembang pesat di Purwokerto, sektor pertanian tetap memberikan peran dominan dalam perekonomian Kabupaten Banyumas. Kontribusi sektor ini bagi PDRB Kabupaten Banyumas sebesar 19,83 persen, disusul sektor jasa sebesar 17,40 persen, industri pengolahan 15,85 persen, dan perdagangan/hotel/restoran 15,46 persen.

Industri tembakau menjadi potensi utama kabupaten Kudus disusul industri elektronik

 
Industri tembakau menjadi potensi utama kabupaten Kudus disusul industri elektronik dan kerajinan bordir.

Industri tembakau menjadi potensi utama kabupaten Kudus disusul industri elektronik
Jawa Tengah yang ijo royo royo membuat berbagai tanaman tumbuh subur

Kabupaten Kudus dikenal dengan kabupaten padat karya maju disebabkan berbagai macam industri berskala besar banyak berdiri di kabupaten ini, seperti industri elektronik. Hal ini pula yang membedakan kabupaten Kudus dengan kebanyakan kabupaten di Jawa Tengah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sentra ekonomi. 

Kabupaten Kudus berbatasan langsung dengan Kabupaten Jepara dan Pati di sebelah utara, Kabupaten Pati di sebelah timur, Kabupaten Grobogan di sebelah selatan, dan Kabupaten Demak di sebelah barat. Secara geografis, letak Kabupaten Kudus sangat strategis, sebab berada di jalur perlintasan ekonomi antar provinsi sehingga menjadikan Kota Kudus sebagai salah satu sentra perdagangan di pulau Jawa dan nasional secara umum yang memiliki mobilitas tinggi.

Menurut kajian pemprov Ja-Teng, Kudus sebagai salah satu kawasan perdagangan di Pulau Jawa juga berpotensi menjadi pusat perdagangan (Trade Centre) berskala Internasional. Keunggulan Kabupaten Kudus sebagai salah satu kabupaten yang pro investasi di Jawa Tengah juga dibuktikan dengan ditetapkannya Kabupaten Kudus sebagai Kabupaten/Kota Pro investasi peringkat IV dari 32 Kabupaten/Kota se-provinsi Jawa Tengah.

Namun demikian, dari sisi luas wilayahnya Kabupaten Kudus dianggap sebagai kabupaten paling kecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah hanya 42.516 hektare. Jumlah penduduk kabupaten ini, berdasarkan hasil sensus penduduk 2012 sebanyak 791.891 orang terdiri atas 391.722 laki-laki dan 400.169 perempuan. Seks ratio Kabupaten Kudus adalah sebesar 97,89 yang artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.

Kudus merupakan daerah industri dan perdagangan yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan kontribusi besar terhadap PDRB. Sektor industri pengolahan berperan amat dominan dalam perekonomian Kabupaten Kudus. Kontribusi sektor ini bagi PDRB Kabupaten Kudus sebesar 58,89 persen.

Sebagaimana data sensus, jumlah perusahaan di Kabupaten Kudus mencapai 13.482 perusahaan yang terkonsentrasi di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Kota, Jati, dan Kaliwungu. Sedangkan jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kudus mencapai 10.954 UMKM dengan konsentrasi bidang usaha yang berbeda-beda.

Dilihat dari jenis industrinya, terdapat tiga jenis industri andalan daerah ini, yaitu industri tembakau, industri percetakan, penerbitan, dan kertas; dan industri makanan dan minuman.
Industri tembakau dan rokok di kabupaten ini memang memegang peranan penting yang dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang terserap mencapai 80.000 orang lebih.

Jumlah tersebut, belum termasuk pekerja yang terkait dengan industri di bidang rokok yang diperkirakan bisa mencapai 100.000 orang lebih. Apalagi, di Kudus terdapat tiga perusahaan rokok yang masuk kategori golongan satu atau golongan besar. Sedangkan golongan dua dan tiga, juga cukup banyak dan diperkirakan bisa mencapai puluhan unit perusahaan.

Keberadaan industri rokok tersebut, juga turut mendukung perputaran roda perekonomian di sejumlah sektor usaha yang ditunjukkan munculnya pedagang kaki lima yang muncul di dekat lokasi pabrik rokok.

Selain industri rokok, Kudus juga memiliki industri elektronik yang penyerapan tenaga kerjanya juga cukup besar, sehingga ikut serta menggerakkan roda perekonomian warga di Kudus serta pengurangan tingkat pengangguran.

Keberadaan sentra kerajinan yang ada di Kudus, secara tidak langsung juga terkait dengan keberadaan industri rokok maupun elektronik yang ada di Kudus sehingga sentra sangkar burung yang ada di Kudus hingga kini tetap tumbuh. Selain itu, kerajinan batik khas Kudus juga ikut menikmati keberadaan industri rokok, menyusul adanya kebijakan perusahaan bagi pekerjanya untuk menggunakan batik khas Kudus. Batik juga mulai dijadikan seragam para pegawai di lingkungan pemerintahan sehingga semakin mendorong terjadinya pertumbuhan di sektor kerajinan batik.

Kerajinan bordir icik atau bordir manual yang juga menjadi andalan kerajinan khas Kudus juga mulai digunakan sebagai seragam bagi pegawai negeri sipil (PNS), meskipun belum sebanyak seragam batik.

Tingkat kesejahteraan warga yang semakin meningkat, juga ikut menggerakkan sektor usaha kuliner yang mulai menjamur di setiap sudut Kota Kudus.

Makanan khas Kota Kudus yang cukup dikenal di Tanah Air, meliputi garang asem, soto Kudus, satai kerbau, dan jenang.
Beberapa tahun terakhir, warung makan yang menyajikan garang asem tidak terbatas di lokasi tertentu, karena saat ini sudah menjamur di sejumlah warung makan juga menyediakan garang asem. Hal ini, secara tidak langsung menunjukkan tingkat kesejahteraan warganya juga mengalami perbaikan, karena konsumen penikmat makanan khas tersebut juga banyak.

Demikian halnya, soto Kudus dan satai kerbau hampir di sejumlah sudut kota bisa dijumpai sehingga penikmat soto maupun satai kerbau tidak perlu kesulitan mendapatkannnya. Bagi masyarakat yang ingin menikmati makanan khas Kudus di pagi hari, Kota Kudus juga menyediakan. Makanan khas tersebut merupakan lentog yang hampir sama dengan lontong sayur. Bedanya, dalam penyajiannya lontong dipadu dengan sayur gori dengan taburan bawang goreng.

Selain menawarkan kekayaan makanan khasnya, Kota Kudus juga memiliki objek wisata yang layak dikunjungi. Dari objek yang bernuansa religi hingga nuansa alam dan sejarah juga tersedia. Bahkan, ada objek yang memiliki perpaduan antara nuansa religi dengan nuansa sejarah maupun nuansa alamnya nan indah.

Kompleks Makam Sunan Kudus patut menjadi tujuan wisatawan yang kebetulan mampir di Kudus, karena letaknya yang berada di tengah kota dan mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun empat. Selain bisa menikmati wisata religi pengunjung juga disuguhi objek wisata sejarah, karena terdapat bangunan yang dikenal dengan sebutan Menara Kudus. Menara Kudus yang dibangun sejak 1549 Masehi atau 956 Hijriah dan sering digunakan untuk mendukung aktivitas keagamaan, terutama untuk menandai waktu salat lima waktu dengan menabuh beduk maupun kentongan yang berada di atas menara tersebut.

Kunjungan belum lengkap jika belum berziarah ke Makam Sunan Muria, karena peziarah juga bisa menikmati pemandangan alam nan indah di sepanjang perjalanan menuju kompleks makam yang berada di lereng Gunung Muria.

Taman bermain untuk melepas lelah juga bisa dijumpai di pusat kota, karena ada objek wisata Taman Krida yang terdapat fasilitas taman bermain, becak air, "water boom", dan aneka satwa. Tak jauh dari lokasi objek wisata tersebut, terdapat objek wisata bersejarah, yakni Museum Kretek yang dilengkapi pula fasilitas "water boom" dan mini teather serta rumah adat Kudus.

Kudus juga memiliki Situs Patiayam dan museum yang menyimpan berbagai informasi soal aneka fosil purba, terutama fosil aneka binatang yang dimulai dari gajah, badak, rusa, babi, biaya, buaya dan kerbau, serta macan. Tercatat, jumlah koleksi yang tersimpan di rumah fosil yang ada di Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kudus, hingga kini diperkirakan mencapai 2.471 buah yang merupakan fosil 14 jenis hewan yang hidup di darat maupun di air.

Kacang tanah menjadi potensi pertanian utama di kabupaten Pati disusul ketela pohon

 
Kacang tanah menjadi potensi pertanian utama di kabupaten Pati disusul ketela pohon, kopi dan kelapa kopyor

kesuburan tanah kabupaten Pati menjadikanya salah satu sentra pertanian di Jateng

Kabupaten Pati merupakan bagian dari provinsi Jawa Tengah terletak di pesisir pantai utara bagian timur. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan kabupaten Rembang di sebelah timur, kabupaten Jepara di sebelah utara dan kabupaten Kudus di sebelah barat. Jika anda bepergian ke Jawa Timur dari arah Jakarta anda akan melewati kabupaten ini. Kabupaten ini tidak hanya menjadi sentra pertanian tetapi juga industri makanan dan pelabuhan ikan.

Dari asal katanya saja kabupaten Pati menujukkan bahwa ia adalah daerah penghasil tepung pati sekaligus menjadi indikasi daerah yang memiliki potensi di bidang pertanian. Daerah yang memiliki slogan Pati Bumi Mina Tani ini tidak hanya dikenal sebagai penghasil tepung pati, bahkan kelapa kopyor asal Pati juga cukup dikenal di Tanah Air. Wilayah Kabupaten Pati juga tergolong strategis, karena berada di wilayah Jalur Pantura yang menjadi perlintasan antar provinsi Jateng dengan Jawa timur (Jakarta-Surabaya). Kepadatan arus lalu lintasnya hampir terjadi setiap saat, maklum kendaraan bersumbu sering kali melintas dari arah Jakarta-Semarang maupun Surabaya. Untuk mengurai kemacetan di dalam kota, saat ini tersedia Jalur Lingkar Pati yang disediakan untuk truk bersumbu agar tidak memadati arus lalu lintas di dalam Kota Pati.

Dari segi ekonomi, Kabupaten Pati tidak hanya digerakkan oleh sektor pertanian skala mikro dan kecil, sebab keberadaan industri besar di bidang pengolahan makanan juga turut andil dalam memutar roda perekonomian di sektor pertanian, khususnya tanaman kacang tanah. Kedua industri yang turut mengangkat nama Kabupaten Pati tersebut, yakni PT Kacang Garuda dan PT Kacang Dua Kelinci yang sama-sama bergerak di bidang industri pengolahan makanan dengan produk utamanya kacang kering.

Luas areal lahan tanaman kacang di Kabupaten Pati sekitar 4.400 hektar dengan produktivitas 11,51 kuintal per hektar, sedangkan total produksinya mencapai 5.266 ton kacang kering. Sentra tanaman kacang tanah, tersebar di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Gunungwungkal, Kecamatan Tayu, Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Gembong, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Margorejo, Kecamatan Tambakromo, dan Kecamatan Pati. Untuk komoditas kacang tanah ini, Kecamatan Gunungwungkal merupakan penghasil terbanyak sekitar 995 ton. Meski demikian, suplai kacang yang ada di kabupaten ini belum mampu memenuhi kebutuhan dua perusahaan pengolah kacang tanah tersebut, mengingat insutri pengolahan kacang tanah skala kecil juga cukup banyak.

Selain kacang tanah, Kabupaten Pati juga memiliki hasil pertanian yang layak diperhitungkan, yakni ketela pohon karena menjadi pemasok ratusan industri tepung tapioka di kabupaten ini. Sentra industri tepung terbesar di kabupaten ini, yakni di Kecamatan Margoyoso. Luas lahan yang biasa ditanami ketela pohon sekitar 18.259 hektar dengan tingkat produktivitas 217,70 kuintal per hektar, dengan total produksi basah dengan kulitnya 397.498 ton. Daerah terbanyak yang menanam tanaman ketela pohon, yakni Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Gembong, Kecamatan Tlogowungu, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Margorejo, dan Kecamatan Tayu.

Kabupaten Pati juga memiliki komoditas kelapa kopyor yang mengangkat Kabupaten Pati cukup dikenal di Tanah Air sebagai penghasil kelapa kopyor terbesar. Tercatat, luas areal yang ditanami kelapa kopyor mencapai 222,50 hektar dengan total produksi mencapai 298.279 butir. Luas areal tanaman kelapa biasa mencapai 6.453 hektar dengan total produksi mencapai 21,26 juta butir. Daerah penghasil kelapa kopyor tersebut, tersebar di semua wilayah kecamatan di Kabupaten Pati. Jumlah terbesar, yakni Kecamatan Dukuhseti, Kecamatan Gembong, Kecamatan Tayu, Kecamatan Cluwak, Kecamatan Sukolilo, Kecamatan Margoyoso, Kecamatan Tlogowungu, dan Kecamatan Winong.

Banyak daerah di Tanah Air yang mencoba mengembangkan komoditas kelapa kopyor tersebut sehingga persaingan kelapa kopyor di pasaran juga semakin ketat.

Kopi juga tumbuh dengan baik di kabupaten ini, mengingat luas lahan tanaman kopi milik rakyat saja mencapai 1.652,95 hektar dengan tingkat produksi mencapai 478.058 kilogram biji kopi kering, sedangkan milik PTP IX seluas 440 hektar dengan total produksi sekitar 127.160 kilogram biji kopi kering. Industri lain yang juga mendukung roda perekonomian Kota Mina Tani ini, yakni hadirnya Pabrik Gula Trangkil dan PG Pakis sebagai indikasi daerah ini juga penghasil tanaman tebu.

Dari 21 kecamatan di Kabupaten Pati hanya dua kecamatan yang tidak termasuk sebagai penghasil tebu, yakni Kecamatan Cluwak, dan Kecamatan Gunungwungkal, sedangkan 19 kecamatan lainnya memiliki tanaman tebu.
Sektor laut juga turut mendukung roda perkonomian karena Kabupaten Pati, karena di daerah ini juga tersedia tempat pelelangan ikan dan pemilik kapal berukuran besar juga cukup banyak serta terdapat sejumlah perusahaan berskala menengah dan kecil di bidang pengolahan ikan pindang.

Selain dikenal dengan potensi alamnya yang cukup melimpah, Pati juga memiliki potensi di bidang wisata religi maupun alamnya yang cukup eksotik dan menantang. Jika anda ingin merasakan nuansa wisata religi bisa berkunjung langsung ke Makam Syeh Akhmad Muttamakkin yang terletak di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso yang terkenal sebagai kampung pesantren. Anda akan mendengarkan alunan nada ayat Al Quran maupun doa yang dipanjatkan para peziarah dengan kidmatnya. Belum puas dengan wisata religi di satu tempat, anda masih bisa merasakan nuansa keagamaan lainnya ketika mengunjungi Makam Saridin (Syeh Jangkung) di Desa Landoh, Kecamatan Kayen yang berjarak sekitar 17 kilometer dari Kota Pati menuju Kabupaten Purwodadi.

Untuk mencapai lokasi, pengunjung harus melewati jalan perkampungan yang sudah beraspal. Setiap hari Jumat, makam tersebut dipadati pengunjung dari sejumlah daerah di Tanah Air, seperti dari Jateng, Jatim, Jabar, dan Sumatera. Bahkan, ada pengunjung yang berasal dari Malaysia dan Sungapura. Upacara khaul (hari lahir) dilaksanakan setiap tanggal 14 dan 15 bulan Rajab yang dimulai dengan upacara ganti kelambu, pengajian, dan pasar malam.

Tak jauh dari objek wisata religi tersebut, anda juga bisa menikmati pemandangan alam berupa Gua Pancur yang terletak di Desa Jimbaran, Kecamatan Kayen, jarak tempuh dari Kota Pati sekitar 20 kilometer dengan kondisi jalan sudah beraspal hingga ke tujuan, sedangkan jarak dari makam tidak terlalu jauh.
Gua ini memiliki panjang lubang 736 meter, dengan panorama yang menarik karena dipenuhi stalaktit dan stalakmit yang sangat indah. Di dalam gua terdapat sumber air yang memiliki debit air sekitar 40 liter per detik dan biasa digunakan untuk mandi. Untuk memberikan kenyamanan kepada para pengunjung, Pemkab Pati berencana menambah fasilitas lain, seperti tempat santai, warung makan, dan aneka permainan dengan parkir yang cukup luas.

Belum puas dengan panorama gua, masih ada beberapa objek wisata seperti Sendang Tirta , Pintu Gerbang, Gunungrowo Indah yang merupakan pemandangan alam berupa rawa serta gunung dan lembah yang hijau yang ditanami tanaman kopi, cengkih, buah-buahan, dan tanaman pertanian lainnya. Selain itu, pehobi mancing juga bisa memanfaatkan objek wisata Waduk Seloromo yang terletak di Desa Gembong atau Desa Wisata Perikanan air tawar yang ada di Desa Talun dengan luas areal tambak saat ini mencapai 276 hektare, serta panorama pegunungan Kebun Jollong yang terletak di sisi timur Pegunungan Muria pada ketinggian 800 meter dari permukaan air laut, tepatnya di Desa Jollong, Kecamatan Gembong.

Jika anda bersedia menerima tantangan, masih ada objek wisata Air Tterjun Sewu dan Air Terjun Sepletus yang jarak tempuhnya dari Kota Pati mencapai 27 kilometer yang terletak di Desa Jrahi, Kecamatan Gunungwungkal.

Anda yang berkeinginan menikmati pemandangan laut, bisa berkunjung ke Pantai Banyutowo di Desa Banyutowo, Kecamatan Dukuhseti dengan jarak tempuh dari Kota Pati sekitar 36 kilometer atau cukup datang ke Pantai Juwana yang akan disuguhi pemandangan kapal berbagai ukuran dan aktivitas para nelayan.

Setelah lelah berkunjung ke sejumlah objek wisata, anda bisa menikmati sajian kelapa kopyor khas Pati yang dijajakan di berbagai rumah makan maupun kedai khusus untuk menjual kelapa kopyor di tepi jalan. Anda juga bisa menikmati kuliner khas Pati, seperti nasi gandul yang memiliki cita rasa kuat, yang terletak pada kuah jeroan daging sapinya, sedangkan lauk kikil ataupun lidah hanya sebagai pelengkap dan pemanis saja. Kuah jeroan daging sapi ini dibuat dari sejumlah rempah-rempah dan segala macam bumbu dengan komposisi tertentu akan menghasilkan cita rasa yang nikmat.

Pengunjung juga bisa menikmati sajian khas kuliner pati lainnya, seperti soto kemiri yang memiliki keistimewaan dibanding soto pada umumnya, yakni terletak pada bumbu yang diberikan. Untuk memberikan rasa yang khas, soto kemiri disajikan dengan daging ayam muda, sedangkan penyaajiannya dilakukan dengan cara dikocok antara kuah soto dicampur dengan nasi, kemudian dikocok lalu di tambah sedikit nasi dan diberi kuah lagi hingga empat kali secara berturut-turut.

Saturday, 30 April 2016

Kelapa menjadi potensi utama kabupaten Purbalingga

 
Kelapa menjadi potensi utama kabupaten Purbalingga kemudian sengon dan pisang lalu padi

Kita patut bersyukur kepada Allah Swt. sebab negeri ini dikaruniai tanah yang subur dengan curah hujan yang baik. Hal tersebut membuat berbagai macam hasil bumi bisa tumbuh di negeri ini. Dengan pengelolaan yang lebih baik serta perhatian maksimal dari pemerintahan, tidak mustahil berbagai kebutuhan rakyat akan bisa dipenuhi.
Hingga saat ini, kelapa menjadi komoditas utama pertanian di kabupaten Purbalingga. Dari data sensus pertanian tahun 2013 terdapat 59.494 rumah tangga (RT) yang mengelolanya, kemudian sengon sebanyak 59,136 RT. Pisang sebanyak 55.017 RT, padi sawah sebanyak 53,718 RT dan ayam lokal sebanyak 52,148 RT.
Menurut Kasi Produksi Badan Pusat Statistik Purbalingga, Heni Yulianti mengatakan sensus pertanian ini bermanfaat untuk menggambarkan kondisi pertanian di Indonesia. Sensus ini mencakup subsektor pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan termasuk jasa pertanian.
“Prosentase rumah tangga usaha pertanian paling banyak Kecamatan Mrebet sebanyak 8,41 persen dan yang paling sedikit Kecamatan Purbalingga sebanyak 1,9 %,” ujar Heni saat menyerahkan poster potret usaha pertanian hasil sensus 2013 Kabupaten Purbalingga kepada Humas, Jum’at (13/11).
Heni menambahkan jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor paling banyak pada hortikultura yakni sebanyak 79.453. Kemudian tanaman pangan sebanyak 78.894, peternakan sebanyak 73.572, kehutanan sebanyak 71.140, perkebunan sebanyak 68.765, budidaya ikan sebanyak 11.709, jasa pertanian sebanyak 2.906 dan penangkapan ikan sebanyak 383.
“Untuk rumah tangga usaha pertanian satu rumah tangga bisa dua subsektor usaha pertanian,” ujarnya.
Selain itu Heni juga mengatakan pada tahun 2016 juga akan diadakan sensus ekonomi, dimana sensus ini akan melibatkan kurang lebih 900 orang pencacah se kabupaten Purbalingga. Sensus ekonomi juga merupakan sensus sepuluh tahunan, seperti sensus penduduk dan sensus pertanian.

Pageviews

Followers